05/11/2011 Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing punya beberapa
keunggulan sebagai makanan tambahan bagi anak balita. Selain lebih
mudah dicerna, susu kambing mengandung lebih banyak mineral yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan anak.
Di kalangan masyarakat luas,
terutama di negara berkembang, pengertian susu lebih mengacu pada
produk susu sapi. Di Amerika saja tidak kurang dari 10 juta sapi
dipelihara dan menghasilkan sekitar 56,7 juta ton susu. Padahal, selain
sapi, ternak lain yang sangat potensial menghasilkan susu adalah
kambing. Saat ini susu kambing mulai populer di Indonesia walaupun
penyediaannya belum sebanyak susu sapi.
Jika pada sapi perah
dikenal keturunan Holstein sebagai penghasil susu utama, di "keluarga"
kambing yang terkenal sebagai penghasil susu berkualitas tinggi dengan
kandungan lemak rendah adalah jenis Saanen. Jenis Nubian menghasilkan
sedikit susu, tetapi berkadar lemak tinggi. Jenis Toggenburg, LaMancha,
Oberhasli, dan Alpine termasuk penghasil susu kualitas menengah.
Bagaimana
rasanya? Susu kambing yang berlemak tinggi tentu jauh lebih nikmat
dibandingkan dengan yang berlemak rendah. Namun, konsumsi susu berlemak
tinggi berpotensi menyebabkan obesitas.
Susu kambing memang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan susu sapi ataupun ASI. Susu
kambing memiliki daya cerna protein yang tinggi dan rasa asam yang
sangat khas.
Aroma kambing
Ada masyarakat yang
beranggapan bahwa susu kambing beraroma seperti kambing. Hal tersebut
tidak sepenuhnya benar. Adanya aroma yang mengganggu sangat tergantung
dari cara pengolahan susu tersebut.
Bau kambing pada susu
kambing sebenarnya merupakan dampak dari wadah susu yang tercemar aroma
yang dihasilkan oleh kelenjar kambing. Jika pengolahan dilakukan
secara benar, susu kambing tidak akan memiliki aroma yang terlalu
mengganggu.
Pengaturan konsumsi pakan juga memengaruhi kualitas
susu kambing. Hal serupa juga berlaku pada susu sapi. Untuk menambah
selera, terutama bagi mereka yang mempunyai indra penciuman yang sangat
sensitif, konsumsi susu kambing juga dapat dicampur dengan flavor lain, seperti cokelat, vanila, atau stroberi.
Susu kambing yang terbaik untuk dikonsumsi adalah dalam bentuk segar (raw milk)
karena kandungan gizinya belum banyak yang hilang akibat proses
pengolahan. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengonsumsi susu kambing
segar. Bentuk olahan susu kambing yang lain adalah susu pasteurisasi,
yoghurt, es krim, dodol, ataupun kefir (susu asam).
Susu kambing
mempunyai struktur dan ukuran lemak yang lebih kecil dibandingkan
dengan susu sapi sehingga lemak mudah sekali larut dan tercampur secara
lebih merata (homogen). Hal itulah yang menyebabkan susu kambing terasa
lebih halus dan lembut. Di sisi lain, susu kambing mempunyai kandungan
lemak relatif lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.
Mudah dicerna
Dalam
beberapa hal, susu kambing juga mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan susu sapi. Kandungan asam lemak pada susu kambing jauh lebih
banyak dibandingkan dengan susu sapi atau susu kedelai. Namun,
dibandingkan dengan asam lemak pada susu sapi, susu kambing lebih banyak
mengandung asam lemak berantai pendek dan sedang.
Hal tersebut
menyebabkan lemak susu kambing lebih mudah dicerna tubuh untuk
menghasilkan energi sehingga tidak tertimbun sebagai lemak atau
kolesterol. Dengan demikian, kekhawatiran menjadi gemuk atau terserang
penyakit yang berkaitan dengan kolesterol tidak perlu terjadi.
Dari
hasil penelitian Mack pada tahun 1953 terbukti, kelompok anak yang
diberi susu kambing memiliki berat badan, mineralisasi kerangka,
kepadatan tulang, vitamin A plasma darah, kalsium, tiamin, riboflavin,
niasin, dan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok anak yang diberi susu sapi.
Selain itu, susu kambing juga memiliki kapasitas buffer
yang lebih baik sehingga bermanfaat bagi anak yang mengalami gangguan
pencernaan. Namun, susu kambing juga memiliki kelemahan, yakni kandungan
asam folat dan vitamin B12-nya lebih rendah daripada susu sapi.
Susu kambing juga mengandung lebih sedikit orotic acid.
Relatif rendahnya kandungan senyawa tersebut berpengaruh baik terhadap
pencegahan sindroma perlemakan hati. Hal itu menyebabkan susu kambing
sangat baik untuk menjaga kesehatan hati.
Kalsium lebih tinggi
Kandungan
kalsium pada susu kambing jauh lebih baik daripada susu sapi atau
kedelai, yaitu dalam 100 gramnya masing-masing mengandung 133, 100, dan
15 mg (lihat Tabel 2). Demikian juga dengan kadar fosfornya. Kadar
fosfor dalam 100 gram susu kambing, susu sapi, dan susu kedelai adalah
110, 90, dan 49 mg.
Konsumsi segelas susu kambing dapat
memenuhi 32,6 persen kebutuhan tubuh akan kalsium dan 27 persen
kebutuhan tubuh akan fosfor setiap hari. Sebaliknya, segelas susu sapi
hanya memenuhi 29,7 persen kebutuhan tubuh akan kalsium dan 23,2 persen
fosfor setiap hari.
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan
tulang. Selain itu, kalsium juga penting untuk melindungi sel-sel di
kolon (usus besar) agar terhindar dari kanker. Kalsium juga dapat
mengurangi angka kejadian tulang keropos (osteoporosis), terutama pada
ibu-ibu yang sudah memasuki masa menopause.
Manfaat lain dari kalsium adalah mencegah migrain dan mengatur tekanan darah. Menurut sebuah publikasi pada The American Journal of Clinical Nutrition,
seorang gadis yang baru mengalami menstruasi sebaiknya diberi asupan
susu kambing untuk menjaga kandungan kalsium di dalam tubuhnya.
Kadar
protein susu kambing tidak jauh berbeda dengan susu sapi. Konsumsi
satu gelas susu kambing dan susu sapi masing-masing dapat memenuhi 17,4
dan 16,3 persen kebutuhan tubuh akan protein setiap hari. Protein
merupakan zat gizi yang sangat dibutuhkan untuk mendukung proses tumbuh
kembang pada anak. Pada orang dewasa, protein sangat dibutuhkan untuk
pemeliharaan jaringan dan penggantian sel tubuh yang rusak.
Susu
kambing juga dipercaya dapat mengatasi penyakit darah tinggi karena
kandungan kaliumnya yang tinggi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah
kandungan kolesterolnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
susu sapi. Karena itu, susu kambing tidak disarankan bagi mereka yang
menderita obesitas dan kolesterol tinggi.
Seperti halnya susu
sapi, susu kambing juga mengandung laktosa yang cukup tinggi meskipun
sedikit lebih rendah daripada susu sapi. Kadar laktosa pada susu kambing
dan susu sapi mencapai 4,1 dan 4,7 persen dari total padatan. Karena
itu, penderita lactose intolerance sebaiknya menghindari
konsumsi susu kambing dalam keadaan segar. Susu kambing dapat juga
dikonsumsi dalam bentuk olahan, seperti yoghurt maupun kefir yang
memiliki kadar laktosa rendah.
Pengganti susu sapi
Pada
bayi sering ditemukan kasus alergi terhadap susu sapi. Susu sapi
merupakan salah satu bahan pangan penyebab alergi yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyebab alergi lain yang potensial adalah
telur, udang, dan ikan.
Hippocrates pertama kali melaporkan
adanya reaksi alergi terhadap susu sapi sekitar tahun 370 Masehi. Dalam
beberapa dekade belakangan ini, prevalensi dan perhatian terhadap
alergi susu sapi semakin meningkat.
Beberapa penelitian di
beberapa negara menunjukkan bahwa prevalensi alergi susu sapi dalam
tahun pertama kehidupan anak sekitar 2 persen. Sekitar 1-7 persen bayi
menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Perlu
diingat bahwa sekitar 80 persen susu formula bayi yang beredar di
pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi.
Alergi
merupakan masalah yang tidak boleh diremehkan. Reaksi yang ditimbulkan
dapat mengganggu semua organ tubuh dan perilaku anak sehingga bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada tahun pertama
kehidupan anak, sistem imun tubuhnya relatif masih sangat lemah dan
rentan.
Gejala alergi terhadap protein susu biasanya timbul
pada bayi yang berumur dua sampai empat minggu dan gejalanya akan
semakin jelas saat usia enam bulan. Bagian tubuh yang terserang alergi
adalah saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan kulit. Gejala yang
tampak akibat alergi terhadap protein susu antara lain muntah, diare,
penyerapan zat gizi yang kurang sempurna, asma, bronkitis, migrain, dan
hipersensitif.
Menurut Judarwanto (2000), alergi susu sapi 80
persen akan menghilang atau menjadi toleran sebelum anak berusia 3
tahun. Upaya penanganan terhadap alergi susu sapi adalah menghindari
konsumsi susu sapi dan makanan lain yang mengandung susu sapi. Sebagai
penggantinya, dapat digunakan susu kedelai atau susu kambing.
Sekitar
20-50 persen dari bayi yang diteliti memperlihatkan gejala tidak
toleran terhadap susu kedelai. Karena itu, susu kambing lebih
direkomendasikan sebagai pengganti susu sapi pada bayi yang menderita
alergi.
Susu kambing dilaporkan telah banyak digunakan sebagai
pengganti ataupun bahan pembuatan makanan bagi bayi yang alergi
terhadap susu sapi. Alergi pada saluran pencernaan bayi dilaporkan
berangsur-angsur dapat disembuhkan setelah diberikan susu kambing.
Menurut
Noor (2002), sekitar 40 persen pasien yang alergi terhadap protein
susu sapi memiliki toleransi yang baik terhadap susu kambing. Pasien
tersebut kemungkinan besar sensitif terhadap laktoglobulin yang
terkandung dalam susu sapi. Diduga bahwa laktogloglobulin (salah satu
komponen protein susu) merupakan komponen yang paling bertanggung jawab
terhadap kejadian alergi protein susu.
Menurut Judarwanto
(2000), terdapat lebih dari 40 jenis protein pada susu sapi yang dapat
menyebabkan alergi. Selain betalaktoglobulin, komponen protein lain
seperti kasein, alfa-laktalbumin, serum albumin, dan immunoglobulin
juga dapat menyebabkan alergi.
Sumber : Kompas.com
Bilikkambingku adalah suatu usaha yang bergerak di bidang : Peternak Kambing Etawa di Jakarta Jual Susu Kambing Etawa Menyediakan Paket Aqiqah Menyediakan Paket Qurban Kunjungi Web Site kami di www.bilikkambingku.com…
Sejarah Kambing Peranakan Etawa